www.google.com |
Sayang? Kepada sahabat atau kepada seorang kekasih? Jika
itu kepada sahabat, mengapa aku harus takut kehilangan? Bahkan tak rela
kehilangan dirinya. Mungkin triliunan orang di belahan dunia ini tidak ingin
kehilangan sahabat. Namun, aku si beku ini mana mungkin menangis hanya karena
kehilangan sahabat? Mana mungkin aku ingin mempertahankan hubungan ini? Selama
umurku terhitung dari sejak lahir, sampai sekarang aku tak pernah menangis
hanya karena kehilangan seorang sahabat. Apa aku harus mengakui bahwa ini
bukanlah sekedar sahabat? Apa ini sayang pada kekasih? Bukan-bukan. Apa ini
cinta pada kekasih?
Hari-hari dimana aku kehilangan dirinya, tetap berjalan
seperti hari biasanya. Seperti kebanyakan orang pada umumnya, aku selalu
mencarinya. Kembali malam membuatku sibuk menatap layar untuk memberi sapaan
hangat padanya. Aku sangat merindukan jiwa hangatnya, rasa ingin kuberkata, "Rindu,
ceritakanlah padanya bagaimana aku bisa bertahan dengan tetesan air yang
kukeluarkan hanya untuk bertahan hidup."
Sampai pada suatu waktu yg mengusaikan anganku, yang
merobohkan tembok-tembok bahkan benteng pertahananku, aku tak dapat menahan
gelonjakan hati ini yang sangat ingin menyapanya. Aku memanggil dirinya dan
menghampirinya. Ku keluarkan semua rangkaian kata yang tersimpan lama di
pikiranku. "Duduklah dihadapanku sedikit lebih lama, dan biarkan rinduku
mereguk puas binar matamu sebelum fajar tiba. Harus kuakui, kehadiranmu seperti
sudah meresap dalam celah-celah rusukku. Akuu..." kuterdiam tanpa
kata-kata karena tangis rindu yang tak kunjung berhenti. Membuat narasi rinduku
seketika menghilang dari pikiranku. Dia bagaikan daun yang disirami sinar
matahari tiap pagi dan aku adalah akar yang tumbuh dan membusuk dikegelapan.
Raga hangat mendekapku erat tak terlepas. Kau tahu? Raga
ini telah kuletakkan di sudut-sudut ruang hampaku ini. Jika beberapa tahun dari
sekarang kita sudah berpisah, ruang hampa ini akan menjadi tempat favoritku
untuk mengenang raga hangatmu.
Sekali
lagi yang harus kamu tahu, jika nanti kamu cukup beruntung untuk tidak berlalu
atau aku paksa jauh, mungkin segala deskripsi yang aku tuliskan akan menjadi
kebiasaan. Dan aku cukup berani menuliskanmu seperti ini. Agar waktu tak
mengusaikan ingatanku tentangmu, kenangan hangatku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar